Disetiap bulirannya, air mata mengemas kata yang tak terungkap, mimpi yang tak tercapai, dan rasa khawatir yang tak terjawab Layaknya hujan yang membasahi Bumi Mengalir menghapus rona merah diwajahnya Lalu rindu, menghapus gincu yang menggetarkan merahnya. Namun bagai pelangi yang datang setelah hujan, air mata dijadikan refleksi terindah saat kebahagiaan mulai mengukir Namun pelangi akan tetap menjadi pelangi Waktu membawanya pergi, karena kenikmatannya...
Ufuk garis pengakhiran tak terlihat Aku sudah lelah di senja ini Berlari, berlari menjauhi garis awal yang salah Yang pada hari itu kuawali dengan kecerobohan Akhir cerita pun naas terlahap amarah “Ulangi saja, susun kembali cerita ini” Teriakan mereka meraung ditelingaku yang tersumpal ego Tidak semudah itu, bedebah! Aku salah, kalian tak mengerti! Kusut, kusut, aku merajut benang kusut dengan linangan air mata...
Sekarang hampir tengah malam, Pukul 23.42 Terlalu kurang kerjaan bagi seseorang buat blog semalam ini. Tapi memang begitulah penulis blog ini. Kurang kerjaan, dan niat nyari kerjaan. Penulis suka pagi hari dan sarapan. Pagi hari yang selalu dinanti, Namun paling cepat berganti. Juga sarapan yang selalu dilewatkan, Tapi paling indah dinikmati. Jangan, Jangan berpikir kalau penulis melankolis sejati Cuma remaja biasa, yang suka...
Powered by Blogger.