Teruntuk 71 Tahun
11:26:00 PMBiar tanah ku gersang, pasang ombak menyapu pantai
Pohon-pohon kelapa melengkung tak berbuah
Namun langit-langit cakrawala yang menyaksikan aslinya
Biar, biar nafasku sesak
Mengekang paru-paru dengan debu-debu angkuhnya
Namun embun pagi masih menyapaku dengan harapannya
Aku melihat Ibu Pertiwi yang tersenyum simpul ditengah ratapannya
Saat aku mengarungi Sungai Musi dan Laut Parangtritis
Pelukannya masih membahagiakan ku walau lukanya berdarah-darah
Melukai tubuh-tubuh indahnya dan mencenderai sendi-sendinya
Namun matanya di cakrawala masih menaruh harap
Agar suatu saat nanti ia tak akan dilukai, memohon agar dicintai
Bukan sekedar dimanfaatkan, Pertiwi berharap lestari
Agar cantiknya dapat abadi walau dukanya tak terobati
Agar pohon-pohon kelapa yang melambai itu tidak mati
Nasib negriku yang diujung senja terapung dalam badai
Berharap diselamatkan agar keegoisan tidak menenggelamkannya
Teruntuk 71 tahun
Dengarlah keluhan hutan-hutan itu
Amatilah pasir-pasir yang berbisik itu
Lihatlah rintihan gunung-gunung kapur itu
Agar kau berhenti mendengar kerakusan perut-perut lapar manusia itu
0 comments