Pekerja

10:03:00 PM


Ada beberapa bait kalimat yang ingin kusampaikan pada Jakarta,
Dalam pekik kendaraan dan ambisi yang bergolak,
Tersusun hingga menjadi sajak-sajak geram yang tertimbun lama;
Engkau memuakkan, hai ibukota, namun jadilah laparku.

Kutuliskan pesan-pesan pada kertas-kertas bon yang kutukarkan dengan Rupiah,
Pada tisu-tisu bergincu, bercetakkan sisa arabika.
Dengan isi kata-kata yang merindukan kata pulang,
Lalu dibiarkan pada meja di kedai itu, berharap pesan itu sampai diujung penat.

Jakarta dan magnet khayalan-khayalan yang membuat terlena,
mengajakku bermain dengan perasaan tiada utara.
Muakku menghabiskan setengah isi tubuhku,
lapar dan dahaga, ah, aku ingin kembali saja.

Kembali pulang, beranjak dari kursi dan layar fana ini.
Kuingin menatap gilang-gemilangnya lampu di sepanjang Sudirman.
Cahaya yang tak pernah redup, tak pernah tidur.
Seakan menyambut dan mengembalikan seisi tubuhku yang berantakan.

Pagi yang perlahan, dan malam yang berlarian.
Kembali aku pada gelas arabika dan lembaran kertas tisu,
dan pesan-pesan penuh permohonan.
Agar dapatku lebih lama memandangi indahnya rembulan.

You Might Also Like

0 comments

Powered by Blogger.

Instagram

Subscribe