Neptunus, Jupiter dan Aku, Rhodes.

12:30:00 AM




Apa kabar kamu, Dewa Laut?

Dengar dari deru angin, kau sambut aku kembali di ufuk senja.
Telanjang kaki memandang kerajaan mu dengan senyum lebar terpampang.

Aku sempat terhempas jauh ke pinggir pantai saat ingin mengarungi jauh ke dalam mu,
terseok-seok sehingga harus bersandar di lembayung rindang pohon kelapa.
Tahukah engkau beberapa waktu lalu aku kehilangan kapal ku.
Ia direnggut dan dibawa ke samudera lain oleh Dewa Langit,
Seenak-enaknya saja memang,
Sebebasnya ia yang hembuskan angin, manusia ini bisa apa?
Jadilah aku menapaki daratan dengan dayung tanpa kapal.
Berbalik ratusan mil dari pantai dan lautan.
Berat, kering, dan segala ketidakikhlasan meyimpul di lidah,
menghambat lariku di gurun dan savannah.
Bermimpikan oasis-oasis yang tiada ada.
Ah, Laut, aku tersiksa di daratan.
Lihat itu, langit terpampang petang,
Ah, rasanya ingin berserah saja.

Gelap gempita membahana angkasa,
Mentari menarik selimut rembulan menutupi cahya nya,
Rasanya tak lagi semesta ingin menerangi jalan ku pada samudera,

Tapi tunggu,

Apa itu yang semesta raya sampaikan?
Mengapa ia berbintang tak seperti biasanya?

Sepertinya Dewa Langit ingin berbaikan padaku,
Bintang-bintang itu tak menggantung diatas sana,
Mereka runtuh bertebaran 1 cm di atas kening ku
Dan membentuk pola-pola arah mata angin membawa ku ke tenggara.
Terdengar jelas suara ombak itu tergulung ke hulu,

Lari aku berlari,
Melawan panas pasir dan tajamnya kerikil.
Tak lagi ke hutan, tak lagi ke daratan.
Angin laut sambut aku berbangga,

Kurasa aku akan mulai kembali ke lautan.

Dewa langit, engkau aku maafkan.





Big shout out dan terima kasih ya artwork nya, @yvidhiatama!

You Might Also Like

1 comments

Powered by Blogger.

Instagram

Subscribe